menu melayang

Kamis, 05 Januari 2012

Istilah Batak Dalle

Istilah Batak Dalle banyak digunakan untuk orang-orang Batak atau Keturunan Batak yang sudah tidak paham lagi berbahasa Batak.
Sekarang ini mereka sering mendapat sebutan "Dale".


DALE adalah sebutan untuk orang Batak Dari Tanjung bale atau dari ledong,karena pada umumnya mereka menggunakan marga tapi tak mengerti Paradaton.

Batak DALLE

  1. Keturunan Batak apa saja (Toba, Simalungun, Angkola, Mandailing, Karo dan Pakpak) yang sudah tidak bisa berbahasa Batak karena tinggal di daerah rantau yang tidak didominasi oleh suku Batak.

    Catatan : Sebutan Dalle tidak pernah ditujukan untuk warga dan keturunan Batak Gayo, Batak Alas, Batak Kluet dan Batak Singkil yang wilayahnya termasuk Prov. Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Juga tidak umum disebutkan kepada orang-orang Batak Rao yang wilayahnya masuk Prov. Sumatera Barat. Begitu juga dengan Batak di Rokan yang wilayahnya sekarang masuk dalam beberapa kecamatan dalam Kabupaten Rokan Hulu Prov. Riau. Serta tidak lazim disebutkan untuk keturunan Batak (umumnya Batak Mandailing dan Batak Angkola) yang banyak bermukim di Malaysia sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Tidak pernah digunakan untuk warga Suku Lubu yang bahasa daerahnya banyak memiliki kemiripan dengan dialek Mandailing. Dan yang pasti tidak diperuntukkan utk keturunan Nias, karena etnis Nias memang bukan termasuk Suku Batak. Nias memiliki etnis, Hukum Adat, bahasa daerah, dan Budaya sendiri yang tidak memiliki akar sejarah yang sama dengan Suku Batak secara umum. Suku Nias lebih dekat kekerabatannya dengan Suku Mentawai (masuk Prov. Sumatera Barat) dan Suku Enggano (Masuk Prov. Bengkulu).
  2. Sebutan Dalle juga umum diberikan kepada warga Melayu keturunan Batak yang banyak bermukim di wilayah sepanjang pesisir pantai Timur Sumatera Utara (Tebing Tinggi, Asahan, Kisaran, Tanjung Balai, Batubara, labuhan Batu, dsk). Mereka ini adalah keturunan para perantau Halak Batak yang menetap di daerah tanah Melayu tersebut berabad yang silam, kemudian mengadopsi budaya Melayu dan agama Islam dalam kehidupan kesehariannya. Mereka membuang marga Bataknya dan benar-benar terabsorbsi menjadi Suku Melayu selama beberapa generasi.

    Mereka ini adalah keturunan warga beberapa Kesultanan Melayu di Pesisir Timur yang pada awal pendiriannya sebenarnya juga didirikan oleh orang Batak Asli ex para Panglima Paderi bersuku Batak yang diangkat oleh Belanda menjadi Sultan-Sultan di daerah pesisir pantai Timur. (Salah satu bentuk Politik Devide et Impera Belanda untuk memecah kekuatan persatuan Suku-suku Batak di masa lalu).

    Selain itu juga di akhir abad ke-19 banyak perantau Batak dari Toba dan sebagian juga dari Simalungun yang didatangkan Belanda untuk menjadi tenaga kerja perkebunan sebelum masuknya kuli kontrak dari Jawa di awal abad ke-20. Mereka kemudian menetap dan mengubah identitas dirinya sebagai orang Melayu dan memeluk agama Islam dalam segenap aspek kehidupannya.

    Kesadaran akan identitas diri dan asal muasal keluarga baru mulai booming di sekitar tahun 1950-sekarang ini. Saat itu mulai terbuka informasi dan catatan sejarah yang masih bisa ditelusuri walaupun masih secara umum bahwa sebagian diantara orang Melayu tersebut ternyata adalah murni keturunan Batak. Umumnya keturunan Batak Toba, Simalungun, dan juga Karo.

Sejak itu tumbuhlah kesadaran mereka untuk kembali menggunakan marganya. Hal tersebut terus berlangsung hingga kini secara bertahap sebagai suatu fenomena sensasional yang membanggakan.

Sayang sekali kembalinya mereka menggunakan Marga Batak keluarga besar nenek moyangnya tersebut, kerap tidak didukung oleh pengetahuan akan silsilah Tarombo yang pasti. Hal ini disebabkan sudah terputus selama beberapa generasi dan menjadi orang Melayu.

Disamping itu juga tidak didukung dengan pengetahuan Bahasa Batak karena memang mereka tinggal di wilayah yang murni berbahasa daerah Melayu dan juga bahasa Nasional Indonesia. Begitu pula dengan pengetahuan adat dan budaya Batak yang memang telah hilang dari akar keluarga besar mereka selama beberapa generasi sebelumnya.


Sumber:
http://et-ee.facebook.com/topic.php?uid=47641186265&topic=9783

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel